Langsung ke konten utama

MANUSIA MAKHLUK YANG SEMPURNA DAN PENGAMBIL KEPUTUSAN

Oleh :
Muhammad Irfan
 (4307100040)
Mahasiswa Teknik Kelautan ITS

Manusia adalah makhluk Allah yang sempurna. Tiada kesempurnaan makhluk yang menyetarai kesempurnaan ciptaan manusia. Akal, pikiran, dan hati adalah unsur yang melebihi penciptan manusia dari makhluk lainnya, disamping bentuk tubuh yang ideal dan sempurna indahnya. Sebagai makhluk yang sempurna, manusia juga mempunyai kewajiban untuk mengurus dan memaksimalkan potensi Alam dan Lingkungannya dengan baik, untuk memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri. Selain itu, manusia juga merupakan induvidu sosial yang tidak akan pernah bisa hidup sendiri tanpa interaksi dengan siapapun.
Didalam kehidupan ini manusia dituntut selalu belajar ”learning” bagaimana menjalakan kehidupan ini sesuai dengan penciptaannya. Seorang manusia yang sempurna akhlak dan bagus kepribadiannya pernah lahir dan hidup di bumi Arab. Dia merupakan rujukan dan contoh bagi manusia setelahnya untuk menjalankan kehidupan ini. Manusia ini adalah Muhammad. Suatu ketika dia berkata kepada teman-temannya “ Tuntulah ilmu mulai dari kamu lahir hingga liang lahat”. Pesan yang disampaikan ini mebawa inpirasi besar pada umat manusia, khusunya di zaman ketika dia masih hidup bahkan hingga sekarang.  
Setiap hari manusia pasti mengalami proses pembelajaran, apakah itu disengaja ataupun tidak. Sebagai contoh ketika seorang anak sedang bermain kelereng bersama teman-temannya, mereka secara tidak sadar sedang belajar menghitung dan melempar. Dalam proses pembelajaran ada hal yang paling sangat berpengaruh yang memposisikan manusia itu sebagai makhluk yang berbeda dan tinggi derajatnya dibandingkan makhluk ciptaan Allah lainnya, yaitu makhluk pengambil keputusan. 
Mengambil keputusan juga tidak akan bisa lepas dari kehidupan manusia sehari-hari seperti halnya belajar. Oleh karna itulah mengambil keputusan termasuk proses belajar. Dalam mengabil keputusan manusia pastinya di hadapkan pada dua pilihan atu lebih untuk memustuskan salah satu yang terbaik menurutnya untuk kemudian dipilih. Pilihan-pilihan yang ada terkadang membuat bingung dan berpikir panjang untuk memutuskan suatu keputusan. Sehingga tidaklah berlebihan jika di katakan bahwa “keputusan anda akan menentukan nasib anda kedepan”. Berarti keputusan ini memiliki perspektif masa depan. Masa depan dalah kurun waktu yang abstrak yang tidak ada seorangpun bisa tahu dan menebak dengan pasti. Masadepan itu mengandung ketidak pastian dan juga ketidak jelasan bagi manusia, namun bagi Zat Pencipta Langit dan Bumi adalah hal yang sudah pasti dan sudah diatur dalam Lauh MahfuzNya.
Ketidak pastian dan ketidak jelasan merupakan dua hal yang berbeda. Ketidak pastian adalah suatu hal yang belum jelas dimasa depan apakah itu terjadi atau tidak. Namun hal ini bisa kita analisa melalui pendekatan satitistika. Contonya adalah ketidakpastian keandalan struktur bangunan lepas pantai, apakah 20 atau 30 tahun struktur itu masiih kuat dan kokoh berada di tengah lautan untuk menjalankan aktivitas produksi. Hal ini mengandung ketidak pastian, namun untuk meminimalisasi ketidak pastiannya itu, manusia mencoba untuk menganalisa menggunakan pendekatan statistik. Ketidak jelasan adalah suatu hal yang belum jelas dari segi kualitatif, tidak bisa diukur dengan perhitungan metematis. Contohnya adalah umur manusia, tidak ada seorang manusia pun mengetahui berapa lama lagi dia akan hidup. Kemudian mengenai kondisi alam, lingkungan sekitar, dan politik suatu bangsa, juga merupakan persepktif masadepan yang mengandung ketidak jelasan. Oleh karena itu, mengapa kita tidak selalu mengitrospeksi diri sendiri setiap hari apakah kita sudah mengambil keputusan untuk menjalakan kehidupan ini sesuai perintahNya atau kehendak musuh-musuhNya yaitu Iblis.  
Selain mengandung persepktif masa depan, mengambil keputusan juga memilki hal yang dinamakan konsekuensi atas apa yang dia putuskan atau pilih. Konsekuensi atas suatu keputusan merupakan hal yang harus dijalani manusia sebagai makhluk pengambil keputusan. Konsekuensi ini menuntut adanya rasa tanggungjawab. Apabila manusia tersebut tidak bisa melaksanakan konsekuensi yang ada setelah dia memutuskan atau memilih sesuatu, berarti manusia ini belum bisa di katakan dewasa. Kedewasaan seorang manusia bisa dilihat dari rasa tanggungjawabnya untuk menjalankan apapun konsekuensi yang harus ia terima karena keputusan yang ia buat. Konsekuensi yang manusia terima tidak hanya di dunia ketika ia masih hidup saja namun yang lebih beratnya adalah konsekuensi ketika ia berada di alam abadi dan harus bertanggung jawab kepada yang menciptakanNya. Mungkin istilah dewasa bagi manusia yang menjalankan konsekuensi itu hanya bisa di pakai di dunia ini saja, namun dihari Perhitungan kelak tidak ada kata-kata untuk mangkir dan bohong untuk mempertanggung jawabkan apa yang telah ia lakukan setelah mengambil suatu keputusan. Dengan adanya unsur waktu (perspektif masa depan) dan konsekuensi atas pilihan yang manusia buat sehingga memeposisikan tindakan pengambilan keputusan itu menjadi hal yang penting dan harus dipelajari. 
Manusia sebagai makhluk pengambil keputusan harus mengetahui mana keputusan yang dianggap penting dan mana keputusan yang tidak dianggap penting. Semakin tidak penting suatu hal maka pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manusia semakin mudah. Namun sebaliknya semakin penting hal tersebut, semakin sulit manusia untuk mengambil keputusan dan nilai keputusannya semakin tinggi. Penting dan tidaknya suatu hal bersifat relatif bagi setiap manusia. Hal yang dianggap tidak penting biasanya bersifat kuantitatif dan sudah pasti. Semakin jelas suatu hal maka semakin tidak penting dan nilai keputusannya semakin kecil. Contohnya adalah dalam membeli buku-buku di toko buku. Barangnya sudah jelas dan pilihannya sudah ada dan banyak sehingga hal ini di kategorikan keputusan “tidak penting” dan manusia mudah untuk membuat keputusan. Berbeda dengan keputusan penting yang mengandung ketidak jelasan dan bersifat kualitatif. Semakin tidak jelas dan rumit suatu hal semakin “penting” keputusan tersebut. Contohnya mengambil keputusan untuk hal yang sangat strategis yaitu ketika memilih melanjutkan study ke jenjang perkuliahan. Terdapat dilema dalam memilih universitas mana yang akan dimasuki, kemudian paling sulit adalah menentukan jurusan apa yang akan dipilih, karena jika salah pilih ke akan mempengaruhi masa depannya.  
Oleh karena itu dalam membuat keputusan, manusia diberi kelebihan oleh Allah berupa akal, pikiran, hati dan perasaan untuk dapat menimbang dan memutuskan hal yang terbaik untuk dirinya dan orang disekitarnya. Namun tidak sedikit manusia yang menyalah gunakanya untuk hal-hal yang bersifat destruktif. Seperti memutuskan untuk bunuh diri, mencuri, menipu, memanipulasi, sabotase dan lain sebagainya. Inilah dinamika kehidupan manusia sebagai makhluk Rob Pencipta Alam Semesta yang tidak lepas dari kesalahan dan kealfaan. 
Kesimpulannya adalah manusia merupakan makhluk yang sempurna dalam penciptaanNya yang memiliki posisi dan derajat yang tinggi dari pada makhluk lainya karena manusia juga sebagai makhluk pengambil keputusan dalam menjalani kehidupan di muka bumi ini. Jadi gunakanlah kemampuan dan unsur yang Allah titipkan kepada manusia dengan optimal untuk menjalankan kehidupan di dunia ini dengan sebaik-baiknya sesuai arahan dan kehendak Sang pencipta.  

Referensi :
Rosyid Daniel M, 2009. OPTIMASI : Teknik Pengambilan Keputusan Secara Kuantitatif. Surabaya : ITSPress


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sahabat pembaca Sekalian.... Gini lho... BUasana seOrang muslimah yang Bener... mari sampaikan pada teman-teman muslimah kita yang belum berbusana muslimah yang benar...
nE... FASHION anaK muda Zaman sekarang .....  tapi, Perlu Temana -teman ketahui.... Semuanya salah...